bukti bahwa lalai dari Dzikir akan membuat syeitan mudah mendekat dan menggoda manusia. Sifat syeitan ada dua: memberi godaan ketika manusia lalai dari Dzikir, kemudian bersembunyi ketika manusia rajin berDzikir.
Sedangkan pembahasan sebelumnya menunjukkan orang yang lalai dari Dzikir (peringatan) Al-Qur’an, maka akan disesatkan oleh syeitan dari jalan yang lurus.
Yang patut direnungkan adalah ayat berikut,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5)
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada RABB (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syeitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (QS. An-Naas: 1-5)
Dalam Al-Kalim Ath-Thayyib, Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyebutkan bahawa kita diperintahkan oleh ALLAH untuk berDzikir.
Fungsi Dzikir adalah seperti seseorang yang mengusir musuhnya dengan cepat. Sampai-sampai jika musuh itu datang pada benteng, maka akan terlindungi.
Demikianlah fungsi Dzikir bagi diri. Diri seseorang akan semakin terlindungi dari syeitan hanyalah dengan Dzikir pada ALLAH.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,
“Jika keutamaan Dzikir hanyalah ini, tentu seorang hamba akan terus membasahi lisannya dengan Dzikir pada ALLAH Ta’ala dan terus teguh dengan Dzikir tersebut.
Kerana yang dapat melindunginya dari musuh (iaitu syeitan) hanyalah dengan Dzikir. Musuhnya pun baru boleh menyerang ketika ia lalai dari Dzikir.
Musuh tersebut baru akan menangkap dan memburunya ketika ia lalai dari Dzikir. Namun jika dirinya disibukkan dengan Dzikir pada ALLAH, musuh tersebut akan bersembunyi, menjadi kerdil dan hina.
Sampai-sampai ia seperti burung pipit atau seperti lalat (binatang kecil yang tak lagi menakutkan).
Kerananya syeitan memiliki sifat waswasil khannas. Maksudnya, menggoda hati manusia ketika manusia itu lalai. Namun ketika manusia mengingat ALLAH, syeitan mengerut (mengecil).”
(Al-Wabil Ash-Shayyib, hlm. 83)
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata,
الشَّيْطَانُ جَاثَمَ عَلَى قَلْبِ اِبْنِ آدَمَ فَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ فَإِذَا ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى خَنَّسَ
“Syeitan itu mendekam (berdiam tinggal) pada hati manusia. Jika ia luput dan lalai, syeitan menggodanya. Jika manusia mengingat ALLAH, syeitan akan bersembunyi.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 13: 469-470, Adh-Dhiya’ dalam Al-Mukhtar 10: 367 dengan sanad yang shahih)
Kesimpulannya, sifat syeitan adalah penggoda. Saat kapan (bila) jadi penggoda manusia? Iaitu saat manusia lalai dari Dzikrullah.
Semoga ALLAH melindungi kita dari gangguan syeitan.
-Tuan Guru Sheikh Muhammad Syahrum Alfan-