ALLAH telah melarang dan mengingatkan kita, sehingga wajib untuk kita patuh dan taat menjauhkan diri dari kesalahan sebagaimana dalam firman ALLAH:
Dan orang-orang yang mengganggu serta menyakiti orang-orang lelaki yang beriman dan orang-orang perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat dengan sesuatu kesalahan yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta, dan berbuat dosa yang amat nyata.
(QS. Al-Ahzaab [33]: 58)
Iaitu semasa kamu bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan yang sah mengenainya; dan kamu pula menyangkanya perkara kecil, pada hal ia pada sisi hukum ALLAH adalah perkara yang besar dosanya.
(QS. An-Nuur [24]: 15)
Sesungguhnya orang-orang yang suka terhebah tuduhan-tuduhan yang buruk dalam kalangan orang-orang yang beriman, mereka akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya di dunia dan di akhirat; dan (ingatlah) ALLAH mengetahui (segala perkara) sedang kamu tidak mengetahui (yang demikian).
(QS. An-Nuur [24]: 19)
*Mesej yang berharga daripada saya adalah dengan cepat untuk fahamkan dan takut kepada ALLAH dan muhasabah diri*.
Perhatikan di bawah ini, firman ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala:
ALLAH Pelindung (Yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. IA mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka ialah Taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.
(QS. Al-Baqarah [2]: 257)
“Sesungguhnya, orang-orang yang takut kepada TUHANnya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk [67]: 12)
“…dan mereka takut kepada TUHANnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 21)
*Lakukan Positive Thinking dan Positive Feeling*
Di atas positive thinking, ada positive feeling (berperasaan positif), iaitu perasaan positif berupa ikhlas, kerelaan, lapang dada, tenang, damai.
Berpikir positif saja tidak cukup. Berpikir positif harus diikuti oleh berperasaan positif. Tak ada manfaat lagi kita berpikir positif jika perasaan kita masih tidak ikhlas atau tidak tenang.
Secara spiritual (batin), berperasaan positif adalah berbaik sangka kepada ALLAH (husnuzhan).
Apapun kehendak ALLAH kepada kita, apapun takdir ALLAH kepada kita, semuanya adalah baik bagi kita. Pemberian ALLAH semuanya baik, ketetapan ALLAH pun semuanya baik.
Hal ini akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian.
Sedangkan berburuk sangka (su’uzhan) adalah berburuk sangka kepada ALLAH.
Kita berprasangka yang tidak baik kepada-NYA. Kita curiga atas takdir-NYA, kita tidak ridha atas pemberian-NYA.
Kita selalu merasa takut, gelisah (risau), waswas, sedih, dan berbagai perasaan negatif lainnya.
Hal ini tentu akan mendatangkan penderitaan dan kekecewaan.
*Perbezaan*
Perbezaan antara berpikir positif dengan berperasaan positif adalah terletak pada bagaimana menyikapi masalah.
Jika berpikir positif berusaha untuk mendamaikan pikirannya, sehingga ia akan menekan pikiran-pikiran negatif yang muncul, sedangkan hatinya tetap takut dan gelisah (risau) kerana ada konflik atau pertempuran di dalam dirinya.
Akibatnya, ketika ia mulai lelah menekan pikiran-pikiran negatifnya, maka pikiran-pikiran itu sewaktu-waktu bisa muncul (timbuk).
Sebab hukum fisikanya adalah “segala sesuatu yang ditekan, maka ia akan menekan balik” (aksi-reaksi / action-reaction).
Berbeza dengan berperasaan positif, kita tidak perlu menekan pikiran negatifnya, kerana hatinya sudah tenang.
Tenang kerana kita memahami (faham) dengan sebenarnya bahawa sebesar apapun masalah kita, akan masih di dalam kekuasaan ALLAH.
Ia sudah menemukan pernyataan hati yang damai, kerana di-backup oleh ALLAH.
Pernyataan hati yang damai (tenang) boleh kita dapatkan melalui tiga cara:
1. Sering bertafakkur untuk mengenal ALLAH melalui iqra' (membaca), baik membaca yang tersurat iaitu Al-Qur'an maupun yang tersirat iaitu alam semesta dan kejadian-kejadiannya.
2. Dengan cara “dipaksa” oleh ALLAH, iaitu dengan cara ditimpakan / diberi masalah (ujian) hingga ia tidak dapat berkutik (bergerak) lagi, dan akhirnya mencapai derajat kedamaian, iaitu hati yang hanya bergantung penuh (bulat-bulat) kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Sering bergaul (berkawan) dengan orang-orang yang mengenal ALLAH dan dekat dengan-NYA. Kedekatan inilah yang akan menular (berjangkit) kepada orang-orang di sekitar yang dekat dengannya.
In Shaa ALLAH.
Wallahu A'lam Bishawab.
Terimakasih.