TAUSIYAH : *Sudah bangun? (Ruh, Jiwa, Fikiran, Sifat dan Jasadnya)*

 *Ulang untuk Faham*

😊 *Sudah bangun? (Ruh, Jiwa, Fikiran, Sifat dan Jasadnya)*
*========================*
This is the Secret Key to Connecting to *ALLAH* through the Light of *ALLAH*, Reach the Soul

(Ini adalah Kunci Rahasia untuk Menyambung kepada *ALLAH* melalui Cahaya *ALLAH*, Mencapai Jiwa)
Jiwa *Muthmainah* selalu disinari oleh Cahaya (Nur Ilahiyah), sehingga di dalam diri seorang hamba ALLAH jiwanya akan selalu terkoneksi (connecting) dengan Cahaya Ilahiyah atau Cahaya KeTuhanan. sehingga Cahaya KeTUHANan yang selalu terkoneksi dengan jiwa Muthmainah (jiwa yang tenang), akan menjadikan rasa percaya diri yang baik dan istiqamah dalam menjalankan ibadah dengan penuh ketulusan atau keihklasan.
Mari kita bersama-sama berjuang untuk mendapatkan Cahaya Ilahiyah tersebut agar dapat menambah keimanan kita dan membawa dampak kebaikan pada multi dimensi kehidupan kita di dunia dan keselamatan kita pada kehidupan akhirat.
Hal ini seperti telah disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Fath ayat 4 yang maknanya:

"DIA lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang *mukmin* supaya keimanan bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan ALLAH lah tentara langit dan bumi dan adalah ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Ketenangan merupakan hak ALLAH sepenuhnya, dan kepada hamba yang mana ketenangan itu akan diturunkan juga menjadi hak ALLAH sepenuhnya. Seperti dijelaskan pada Al-Qur'an Surah An-Nur ayat 35 yang berbunyi:

"Allahu Nuurus-samaawaati wal ardh, masalu nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaah, Al mishbaahu fii zujaajah, Az zujaajatu ka'annahaa kaukabun durriyyuy yuuqodu min syajarotim mubaarakatin zaituhaa yudhii u walau lam tamsas-hu naar, nuurun 'alaa nuur, yahdillaahu linuurihi mayyasyaaa, wa yadhribullahul-amsaala lin-naas, wallahu bikulli syai'in'aliim."
Yang maknanya: "ALLAH (pemberi) Cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-NYA, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (sahaja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), ALLAH memberi petunjuk kepada cahaya-NYA bagi orang-orang yang DIA kehendaki, dan ALLAH membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan ALLAH mengetahui segala sesuatu".

Dan Surah An-Nur ayat 36 yang berbunyi: "Fii buyuutin azinallahu an turfa'a wa yuzkaro fiihasmuhuu yusabbihu lahu fiihaa bil ghuduwwi wal aashool".
Yang maknanya: "(Cahaya itu) di rumah-rumah yang disana telah diperintahkan ALLAH untuk memuliakan dan menyebut nama-NYA disana bertasbih (menyucikan) nama-NYA waktu pagi dan petang".

Menjelaskan dan mengkaji secara tuntas Al-Qur'an Surah An-Nur di atas, tentu tidak akan cukup dalam satu tulisan yang sangat singkat ini, namun di sini setidak-tidaknya fikiran dan akal kita akan dapat mengarahkan pemahaman bahawasanya ALLAH adalah Cahaya di atas cahaya, DIA iaini ALLAH memberikan cahaya kepada jiwa-jiwa yang dikehendaki-NYA untuk selalu bertasbih dan memuji-NYA.
Cahaya-cahaya ( *Nur Ilahiyah* ) inilah yang *sangat kita butuhkan sebagai seorang salik*. Bila kita mendapatkan cahaya (nur) dari ALLAH tentu kita akan sangat bahagia kerana hal ini adalah indicator bahawa apa yang kita lakukan mendapatkan redha dari ALLAH.

Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan bin Ahmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *Bersih Hati Bermakna Bersih Diri sehingga Menjadi Arif Bijaksana dalam Semua (Setiap) Fikiran, Sikap, Ucapan dan Tindakannya.*

 *Bersih Hati Bermakna Bersih Diri sehingga Menjadi Arif Bijaksana dalam Semua (Setiap) Fikiran, Sikap, Ucapan dan Tindakannya.*

Ustaz Abdillah mengatakan, cara membersihkan hati adalah mendekatkan diri kepada ALLAH dengan menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, dengan memurnikan ketaatan kepada-NYA (ikhlas). Hanya dengan hati yang bersih kita menghadap ALLAH dengan selamat.
Baca dan fahamkan kembali dari apa-apa yang saya huraikan (uraikan) dengan secara singkat dan mudah... 👇🏻
Dalam hal Bersih Hati yang untuk bersihnya diri kita dari berbagai penyakit hati, sebagaimana firman-NYA dalam Surah As-Syu'ara ayat 88-89 di bawah ini.
ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, [QS. Asy-Syu'ara': 88]
اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ؕ
kecuali orang-orang yang menghadap ALLAH dengan hati yang bersih, [QS. Asy-Syu'ara': 89]
"Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan sesuatu apapun,
(QS. Asy-Syu'araa' [26]: 88)
Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang mengadap ALLAH dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit munafik)";
(QS. Asy-Syu'araa' [26]: 89)
Orang makrifat, sebagai hamba ALLAH disebut juga orang Arif Bijaksana baik dalam berfikir, bersikap, berkata dan bertindak. Segala sesuatu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah melanggar, dosa atau bermanfaat, semua yang akan dilakukan didasari dengan hati yang bersih (suci) dan semata-mata ikhlas kerana ALLAH. Itulah sebabnya mengapa mereka disebut Ahli Makrifat; orang-orang arif bijaksana.
Hati mereka selalu bersih dari hawa nafsu dan keinginan-keinginan. kerana cara berfikirnya bersih dan tindak-tanduknya baik, maka hatinya mendapat cahaya keBenaran dari ALLAH. Hati yang bersih (suci) itu melahirkan fatwa yang mulia pula. Jadi cahaya keBenaran itu mendahului tindakannya. Fatwa dan nasehatnya mengandung energi yang kuat dan berpengaruh pula pada orang lain.
Mari kita bersihkan hati (diri) kita dengan merendahkan serendah-rendahnya diri kita di hadapan ALLAH, hilangkan adamu sehingga hanya ALLAH sahaja yang Maha Ada, dan terima semua apa yang ALLAH suruh / perintahkan untuk kita lakukan dan jauhkan diri daipada semua yang ALLAH larang, ikuti DIA dengan contoh dan bimbingan yang telah diberikan oleh Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ada apalagi yang perlu engkau cari? Lakukan Dzikir (ingat kepada ALLAH) dalam setiap masa yang ALLAH berikan untukmu dan janganlah engkau yang sudah sentiasa berDzikir masih ada kekotoran hati bahkan menyimpan syirik dalam badan (diri)mu, jadilah bersih (suci) kerana engkau seBenarnya sentiasa berada (ada) di hadapan ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala, TUHANmu dan TUHANku yang pasti mutlak TUHAN Yang Hanya Ada Satu, TUHAN kita semua iaini ALLAH!
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham
Wallahu A'lam Bishawab.
Terimakasih.



TAUSIYAH : Apa kelebihan ilmu Makrifat?

 Apa kelebihan ilmu Makrifat?

*Manfaat Makrifat dalam Kehidupan*
Dikatakan, kelebihan orang yang memiliki Makrifat adalah dibukanya seluruh kekuatan batinnya untuk melihat alam, para malaikat, ruh para nabi dan sesuatu yang indah yang tidak ada di dunia. Menurut salah satu ulama, batin manusia makrifat dapat melihat alamul malakut.
Makrifat itu merupakan tujuan utamanya, iaini mengenal ALLAH yang seBenar-Benarnya kenal dengan keyakinan yang penuh tanpa ada keraguan sedikitpun (Haqqul Yaqin).
Bagaimana jika orang yang tidak mengenal ALLAH?
Seseorang yang tidak mengenal ALLAH SWT, maka ia akan tersesat. Ia tidak memiliki tujuan hidup, untuk apa ia hidup, dan bagaimana ia ada di dunia. Selain itu, seseorang yang tidak mengenal ALLAH, akan sulit medapatkan petunjuk hidup, dan selalu merasa kosong / tidak dalam keadaan damai.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *Wali ALLAH yang Tidak Tampak dari Pakaian dan Tampilan Hidupnya, Hanya Boleh Faham dari Perkataannya yang Terbukti!*

*Wali ALLAH yang Tidak Tampak dari Pakaian dan Tampilan Hidupnya, Hanya Boleh Faham dari Perkataannya yang Terbukti!*

Diceritakan oleh:
Syeikh Muhammad Syahrum Alfan bin Achmad Chaidir Ilham

Suatu saat seorang murid Thariqah di suatu madrasah bertanya kepada Guru Mursyidnya, mengapa dia dapat berada di Masjidil Haram Makkah ketika berDzikir?

Guru Mursyid meminta dia untuk pergi jauh menjumpai Kiyai Paidi untuk mendapatkan jawabannya.

Hingga murid Thariqah (pemuda 35 tahun) ini sampai di daerah tempat Kiyai Paidi. Dan bertanya dimana rumah Kiyai Paidi? Mereka yang ditanya menjawab, di sini tidak ada Kiyai Paidi, yang ada adalah Kang Paidi yang setiap hari berjualan minyak wangi di pasar.

Maka pemuda itu mendatangi rumah Kang Paidi yang diberitahukan oleh masyarakat setempat tadi. Pemuda itu percaya bahawa Kang Paidi adalah Kiyai Paidi, kerana Guru Mursyid berkata, hanya 1 orang yang namanya Paidi di daerah ini.

Sampai di rumah Kang Paidi maka pemuda itu bertanya kepada seorang perempuan yang berdiri di depan rumah itu, benarkah ini rumah Kang Paidi? Dan dijawab, benar tetapi Kang Paidi sedang berada di surau hadapan rumah ini untuk menjadi imam Sholat Maghrib.

Pemuda itu pun menuju surau untuk sholat. Setelah dia melakukan wudhu' maka masuklah dia ke dalam surau untuk sholat berjama'ah.

Dalam sholat berjama'ah itu si pemuda dengan jelas mendengar bacaan lafaz Suratul Al-Fatihah dari imam sholat iaini Kiyai Paidi yang tajwid dan bacaannya salah.

Apakah benar Guru Mursyid ku meminta aku untuk berjumpa dengan Kang Paidi untuk bertanya perkara Al-Hikmah (Hakikat)?, pemuda itu bergumam di dalam hatinya. Padahal Kiyai Paidi membaca Al-Fatihah sahaja salah!

Selesai Sholat Maghrib, maka Kiyai Paidi mengajak pemuda itu untuk berbincang-bincang di teras surau sambil minum kopi.

Kiyai Paidi berkata kepada pemuda itu, "Mengapa kamu sholatnya tidak khusyuk? Dan hanya memperhatikan (focuss) kepada tajwid bukan kepada ALLAH (khusyuk)?"

Pemuda itu terkejut dan dalam hatinya berkata, bagaimana Kang Paidi boleh tahu apa yang berlaku pada diriku? Ternyata Guru Mursyid ku benar, Kang Paidi adalah orang hakikat.

"Hai pemuda, kamu itu mengetahui sesuatu hanya dari pandangan panca indera kasar mu, bukan lah kamu menggunakan mata batin mu. Sehingga kamu tidak terhubung kepada ALLAH", kata Kiyai Paidi.

Pemuda itu bertanya, "Bagaimana supaya boleh khusyuk yang benar?"

"Focuss hanya kepada ALLAH, dengan setiap waktu paling kecil selalu ingat ALLAH, maka ALLAH akan bersama mu!", jawab Kiyai Paidi.

Singkat cerita... Akhirnya masuk waktu Sholat Isya maka mereka ada 5 orang sholat berjama'ah. Dan pemuda itu persis berada di belakang imam (Kiyai Paidi).

Pemuda itu berusaha menggunakan nasihat Kiyai Paidi untuk focuss hanya kepada ALLAH. Dan masa sholat itu dengan khusyuk pemuda itu mendengarkan setiap bacaan Kang Paidi terdengar dengan bacaan yang tajwidnya benar dan merdu, tak sama dengan masa Sholat Maghrib tadi.

Selepas Sholat Isya mereka berbincang-bincang lagi sebelum pemuda itu akan diajarkan dan dibimbing Dzikir oleh Kiyai Paidi untuk mengetahui kebenaran pemuda itu berada di Masjidil Haram Makkah.

Kiyai Paidi berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam katakan, 'Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi daripada minyak kasturi'."

"Kamu tidak akan pernah mencium bau kasturi pada mulut orang yang berpuasa, jika kamu bukan orang yang khusyuk (focuss) kepada ALLAH. Kerana orang berpuasa itu sesungguhnya bau mulutnya lebih wangi dari kasturi di hadrat (hadapan) ALLAH, dan kamu bersama ALLAH maka akan mencium bau yang sama", kata Kiyai Paidi. Hingga kepala pemuda itu mengangguk-angguk maknanya faham dan setuju.

Jika seperti itu, maka ketika aku sholat tadi dengan khusyuk (focuss) kepada ALLAH maka sebenarnya yang aku dengar lafaz (bacaan) dalam sholat Kang Paidi itu dengan tajwid yang benar dan dengan merdu (suara yang indah) kerana aku bersama ALLAH dan aku bukan menggunakan telingaku dengan caraku tetapi aku mendengar dengan DIA menjadi pendengaran ku... (yang ada di dalam Hadits Qudsi mengenai menCintai ALLAH), begitu yang terucap di dalam hati pemuda itu.

Kang atau Kiyai Paidi itu adalah seorang Wali ALLAH dengan tingkatan Wali Abdal.

Begitu dulu ya ceritanya saya cukupkan dengan saya finish kan sahaja, mudah-mudahan (semoga) boleh faham dan ambil pembelajaran dari apa yang dibaca.

Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : Cahaya Kewalian

 *Tambahkan KeFahaman*

Mereka yang memiliki suatu rahasia spiritual dan menempatkan diri mereka dalam pandangan sebagai orang-orang yang memiliki Wilayah (Kewalian) akan dipenuhi dengan kekuatan spiritual yang dengannya mereka mengalirkan rahmah dan kasih-sayang ke seluruh benda dan semua makhluk, termasuk malaikat, jin, batu-batuan, haiwan, dan tanaman.
Maknanya adalah ketika murid dari seorang Wali diundang ke suatu tempat dimanapun atau kemanapun ia pun harus pergi untuk memenuhi kewajibannya terhadap makhluk-makhluk yang mendiami tempat itu, mulai dari malaikat hingga batu-batu jalanan, kerana mereka pun memiliki hak untuk mendapat bagian dari cahayanya.
Dan ini semua datang daripada Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam (SAW) kerana Beliau SAW adalah Kasih-Sayang (Rahmah) bagi seluruh alam dan tidak hanya bagi manusia dan jin sahaja.
Mereka memelihara Dzikir mereka, untuk menjaga tetap mengingat ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala (SWT), untuk berusaha selalu bersama dengan para pewaris dari Penutup para Nabi, untuk berusaha agar ruh kalian berada dalam samudera-samudera dari ruh-ruh suci mereka; kerana setiap orang dari mereka para Waliyyullah (Wali ALLAH) – kekasih ALLAH, adalah para pewaris dari Penutup para Nabi, dan para Wali-Wali besar tersebut telah dianugerahi samudera-samudera hikmah.
Tetapi, samudera-samudera milik mereka, bahkan seandainya seluruh samudera milik para Nabi dan Wali dikumpulkan bersama dan disatukan, jika itu semua dibandingkan dengan apa yang telah dianugerahkan pada Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai Penutup para Nabi, maka hanyalah bagaikan setetes air yang menempel di ujung jarum ketika kalian mencelupkan jarum itu sesaat ke dalam suatu samudera.
Hanya seperti itulah perbandingan seluruh samudera milik para Nabi-Nabi dan para Wali dibanding dengan samudera milik Penutup para Nabi, Nabi terakhir, Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Dan seluruh Awliya dan para Wali, terutama Wali Besar, adalah orang-orang pada barisan pertama, yang dekat dengan Penutup para Nabi, Sayyidina Muhammad SAW, mereka mengambil secara langsung (direct) dari Beliau SAW dan mereka telah diberi lebih banyak dari yang lain.
Dan ruh-ruh mereka tengah meminum ‘air’ dari samudera-samudera itu dan ruh-ruh mereka pun menjadi samudera-samudera. Ruh dari setiap orang dari mereka adalah bagaikan sebuah samudera dan hanya Nabi SAW yang mengetahui apa yang ada dalam samudera tersebut.
*Baca dengan benar untuk kefahaman sehingga how to do...* boleh mengamalkan.
Wallahu A'lam Bishawab.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



Doa Murah Rezeki

 اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗاِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا

Terjemahan:
Sungguh, TUHANmu melapangkan rezeki bagi siapa yang DIA kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang DIA kehendaki); sungguh, DIA Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-NYA.
(QS. Al-Isra' [17]: 30)
Sesungguhnya TUHANmu lah yang meluaskan rezeki bagi sesiapa yang dikehendaki-NYA (menurut undang-undang peraturan-NYA), dan IA juga yang menyempitkannya (menurut yang demikian). Sesungguhnya IA Maha Mendalam pengetahuan-NYA, lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-NYA.
(QS. Al-Israa' [17]: 30)
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham





TAUSIYAH: *Infaq / Sedekah itu Menjadikan Pemberi Infaq / Sedekah (Penderma) Menjadi ?*

 *Infaq / Sedekah itu Menjadikan Pemberi Infaq / Sedekah (Penderma) Menjadi ?*

Sebagaimana Firman (sebagai Janji) *ALLAH*:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Terjemahan:
Barangsiapa meminjami ALLAH dengan pinjaman yang baik maka ALLAH melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. ALLAH menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah [2]: 245)
Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada ALLAH sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya ALLAH melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), ALLAH jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepada-NYA lah kamu semua dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah [2]: 245)
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
Terjemahan:
Katakanlah, “Sungguh, TUHANku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang DIA kehendaki di antara hamba-hamba-NYA.” Dan apa saja yang kamu infakkan, ALLAH akan menggantinya dan DIA lah pemberi rezeki yang terbaik.
(QS. Saba' [34]: 39)
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya TUHANku memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendaki-NYA di antara hamba-hamba-NYA, dan IA juga yang menyempitkan baginya; dan apa sahaja yang kamu dermakan maka ALLAH akan menggantikannya; dan DIA lah jua sebaik-baik Pemberi rezeki".
(QS. Saba' [34]: 39)
Sedekah Melipat Gandakan Rezeki
Bukan sahaja sedekah membuka pintu rezeki seseorang, tetapi bahkan bersedekah juga melipat gandakan rezeki yang ada pada kita. Janji ALLAH dalam Al-Quran bahawa ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) akan melipat-gandakan sedekah kita menjadi 700 kali lipat.
Bandingan (derma) orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan ALLAH, ialah sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji. Dan (ingatlah), ALLAH akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendaki-NYA, dan ALLAH Maha Luas (rahmat) kurnia-NYA, lagi Meliputi ilmu pengetahuan-NYA.
(QS. Al-Baqarah [2]: 261)
*Menjadi Kaya (Rich) dengan Sedekah ?*
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *ALLAH dan Yang DIA Pilih (DIA KeHendaki)*

 *ALLAH dan Yang DIA Pilih (DIA KeHendaki)*

DIA menutupi kekayaan-NYA yang tak terbatas dalam hati para penCinta-NYA dengan tabir-tabir, yang hanya akan dapat diraih oleh orang-orang yang mengetahui cara membukanya, dengan karunia-NYA.
Kaum Arif mempertahankan hasrat rahasia, cinta dan pengetahuan mereka dengan hidup dan mencintai seperti orang awam sehingga mereka tak diakui selaku orang-orang pilihan-NYA.
Lebih sulit mengetahui seorang Wali ALLAH daripada mengetahui ALLAH dan jalan-jalan-NYA. ALLAH diketahui melalui tindakan-tindakan dan sifat-sifat-NYA serta Zat-NYA yang selalu hadir.
Sedangkan Wali ALLAH hanya dapat diketahui dengan sifat-sifatnya yang tampak, seperti kerendahan hati, kemampuan untuk membantu walaupun ia perlu, mengakui kesalahan serta kesadaran nyatanya.
Ada beberapa Wali ALLAH yang tidak diketahui kecuali oleh orang-orang yang mendapat nur Ilahi. Ada juga orang Arif yang dikenal oleh banyak orang.
Boleh jadi karunia ALLAH kepada sang Salik mencakup pembukaan misteri keKuasaan-NYA, namun ia masih tertutup dari rahasia atau hakikat makhluk lainnya.
Penyingkapan cahaya-cahaya yang tak tampak dan penglihatan batin yang lebih tinggi, tidak memerlukan pembacaan hati dan keadaan orang lain. Salik yang tulus selalu puas dengan apapun yang diberikan oleh Sang Pencipta kepadanya.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *Hubungan Murid dan Mursyid*

 *Hubungan Murid dan Mursyid*

Istilah mursyid memiliki arti guru, iaitu guru yang mengajarkan tentang suatu ajaran tarekat, dan membimbing murid untuk dapat berada sedekat mungkin dengan TUHAN, ALLAH. Sedangkan murid adalah para pencari jalan keBenaran menuju ALLAH yang belajar tarekat pada syeikh atau mursyid dari suatu tarekat.
Mursyid pada umumnya memiliki tujuan mulia (yang suci), iaitu ingin menyelamatkan para salik (murid tarekat: pencari dan pecinta ALLAH) dalam menapaki jalan-jalan yang tidak umum. Dari sinilah muncul sebuah adagium, "Barangsiapa menempuh jalan khusus (special) menuju ALLAH tanpa mursyid, mursyidnya adalah setan”.
Seorang salik adalah seseorang yang menjalani disiplin spiritual dalam menempuh jalan sufisme Islam sebagai membersihkan diri (zahir dan batin) dan memurnikan jiwanya, yang dinamakan juga dengan jalan suluk. Dengan kata lain, seorang salik adalah seorang penempuh jalan suluk.
Suluk bemakna memperbaiki akhlak, membersihkan (mensucikan) amal (perbuatan), dan menjernihkan pengetahuan (pemahaman). Suluk merupakan aktiviti rutin dalam memakmurkan diri zahir dan batin.
Tasawuf adalah Ilmu dalam Islam yang berfokus untuk Menjauhi Hal-hal Duniawi. ... Menurut berbagai pendapat, nama sufi memiliki makna dan arti kesucian (shafa) hati dan kebersihan tindakan (zahir dan batin). Sehingga dapat disimpulkan sufi dianggap orang yang memiliki hati yang bersih (tanpa penyakit hati) dan bersih dalam tindakan (perbuatan).
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



*Jom Sentiasa Semangat untuk Mendapatkan Cinta ALLAH dan Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan Bersungguh-Sungguh dan Cara yang Smart*

 Tonton (lihat) dan dengarkan video di atas dari mula hingga selesai, supaya faham.

*Alhamdulillaah*
*Jom Sentiasa Semangat untuk Mendapatkan Cinta ALLAH dan Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan Bersungguh-Sungguh dan Cara yang Smart*
Begitu besar keutamaan dan manfaatnya jika dapat berjumpa kepada Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, jangan biarkan dan malas untuk meraihnya.
Banyak hadits sahih yang meriwayatkan keutamaan mimpi berjumpa Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam (SAW). Di antara hadits itu ialah: "Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya syeitan tidak dapat menjelma sepertiku." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam redaksi lain, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-benar melihat sesuatu yang benar." (HR. Muslim dari Abu Qatadah)
Dalam riwayat lain disebutkan, "Barang siapa yang sering bersholawat terhadapku, aku tahu dan aku tentu memberikan syafaat di hari kiamat." Dalam riwayat lain dikatakan, *"Barang siapa memimpikan aku, maka aku akan bersamanya nanti di surga."*
Wallahu A'lam Bishawab.
Terimakasih.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *Makrifat adalah Pencapaian Iman Tertinggi*

 *Makrifat adalah Pencapaian Iman Tertinggi*

Nabi Musa Alaihi Salam (AS) dan saudaranya Harun AS diberi tugas yang paling sulit untuk berdakwah pada Firaun. Namun, ALLAH SWT berpesan agar tidak sampai lelah (penat) maka selalu berDzikir atau mengingat-NYA.
اِذْهَبْ اَنْتَ وَاَخُوْكَ بِاٰيٰتِيْ وَلَا تَنِيَا فِيْ ذِكْرِيْۚ
Maknanya: “Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-KU, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-KU.”
(QS. Thaha [20]: 42)
Nabi Musa AS juga mengadukan ketakutannya kepada ALLAH SWT. Dia takut akan dibunuh dan dengan demikian pesan dakwahnya tidak akan tersampaikan dengan benar.
Namun, ALLAH SWT juga berpesan kepada Nabi-NYA agar memperbanyak Dzikir.
Setelah melakukan percakapan dengan Firaun, Nabi Musa AS sama sekali tidak takut, bahkan dia semakin berani.
Ini adalah contoh fakta bahawa mengingat ALLAH (Dzikrullah) membuat Nabi Musa AS kuat dan mampu mengatasi ketakutannya. Itu membantunya mengatasi kekhawatirannya dan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Di antara berbagai Dzikir yang sering dibacakan adalah hauqalah
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Kalimat tersebut bermakna bahawa “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan ALLAH yang Maha Tinggi lagi Maha Agung".
Ini adalah salah satu ucapan yang menunjukkan kepada kita bahawa pada akhirnya, dunia dan segala isinya ada di tangan ALLAH SWT (yakin = iman). DIA memiliki kekuasaan tertinggi. DIA memiliki kekuasaan untuk mengubah kemalangan kita menjadi berkat, untuk mengubah ketakutan kita menjadi kekuatan kita dan untuk membantu kita menguasai iblis batiniah kita.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham

TAUSIYAH : *Menjaga Hubungan Baik Mula dari Perkataan yang Baik*

 *Menjaga Hubungan Baik Mula dari Perkataan yang Baik*

ALLAH memerintahkan kita untuk berkata-kata yang baik, kerana inilah aturan dasar (asas) dalam berbicara dengan orang lain.

ALLAH berfirman, “Katakanlah kepada hamba-hamba-KU, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syeitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syeitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.'” (QS. Al-Isra’: 53)

ALLAH juga berfirman, “Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang bermusuhan denganmu akan berubah menjadi teman yang sangat setia. Sikap seperti itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang memiliki keberutungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 34-35)

Kata-kata yang baik akan mengubah musuh menjadi teman yang baik dan mengubah kedengkian menjadi cinta dan kasih sayang, In Shaa ALLAH. Dengan kata-kata yang baik bermakna kamu telah memenggal syeitan dan segala bisikannya.

Selain dari itu, kata-kata yang baik juga merupakan sedekah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Kata-kata yang baik akan membuka pintu-pintu langit dan diterima oleh ALLAH.

ALLAH berfirman, “Perkataan-perkataan yang baik dan amal yang baik pasti akan sampai kepada ALLAH dan diangkatnya.” (QS. Fathir: 10)

Surah Fāţir ayat 10: "Sesiapa yang mahukan kemuliaan (maka hendaklah ia berusaha mencarinya dengan jalan mematuhi perintah ALLAH), kerana bagi ALLAH jualah segala kemuliaan. Kepada ALLAH lah naiknya segala perkataan yang baik (yang menegaskan iman dan tauhid, untuk dimasukkan ke dalam kira-kira balasan), dan amal yang soleh pula di angkatnya naik (sebagai amal yang makbul - yang memberi kemuliaan kepada yang melakukannya). Dan sebaliknya: orang-orang yang merancangkan kejahatan (untuk mendapat kemuliaan), adalah bagi mereka azab seksa yang berat; dan rancangan jahat mereka (kalau berkesan) akan rosak binasa."

Jadi jom kita lakukan sahaja kebaikan dengan perkataan (ucapan-ucapan) dan perbuatan yang baik yang tentunya sesuai niat dan rancangan kita yang baik tanpa risau dan tetap menjaga hubungan yang baik pada sesamanya.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham



TAUSIYAH : *Benar, Hakikat ada Bertasawuf dengan Guru Mursyid*

 *Benar, Hakikat ada Bertasawuf dengan Guru Mursyid*

Tasawuf pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (SAW), adalah realita tanpa nama, tasawuf masa ini, adalah nama tanpa realita, kecuali hanya sedikit yang menjalankan realitanya dalam bimbingan Guru Mursyid Hakiki.
Tasawuf bukan membaca buku-buku tasawuf dan mengkaji dari berbagai teori tasawuf seperti cukup hanya membaca buku Ibnu Arabi, Syadzili, Qodiri, Mevlevi Rumi, seperti banyak mengikuti kajian teori tasawuf diberbagai masjid saat ini. Itu hanya baru mempelajari mengenal tasawuf bukan bertasawuf. Sangat berbeza jauh antara bertasawuf dan mempelajari buku atau hadir dalam ceramah tasawuf, dampak dan pemahamannya bagai setetes air dibanding samudera. Bertasawuf adalah melaksanakan Dzikir dengan mengambil Mursyid iaitu dengan berbai'at, dan yang lebih tepat adalah mendapatkan Talqin Dzikir, serta ia
mendengarkan ceramah (nasihat dan bimbingan) dari Mursyid Tasawuf yang memang dia Wali ALLAH, maka ia akan mendapatkan ilmu sekaligus Hikmah.
Ilmu seperti kapal terbang yang indah bentuknya. Hikmah seperti bahan bakarnya (minyaknya). Begitu banyak orang yang bangga dengan keindahan ilmunya, tetapi tanpa bahan bakar (minyak) iaitu hikmah, maka ia tetap berada di darat tak dapat terbang. Hikmah didapatkan dari mendengarkan langsung dan bersama Wali ALLAH, sementara ilmu dari ulama biasa kadang membebani. Himah tak dapat terlupa dan menguatkan iman, sementara ilmu ketika kita sudah tua, maka yang menghancurkan ilmu adalah lupa (sesuai Hadits Nabi SAW).
Hikmah adalah langsung mendengar dan bertemu, kerana ada dua macam ilmu. Ilmu Awroq (tulisan) dan Ilmu Azwaq (Rasa). Ketika kita mendengar seorang Kekasih ALLAH /Wali ALLAH bicara, maka ilmu rasa yang
ditransfer langsung kedalam kalbu kita. Ketika kita menulis dari ceramah Wali ALLAH, maka yang semula kita terima dalam bentuk Hikmah, berubah menjadi Ilmu. Hikmah adalah rasa, pertemuan langsung dengan Para Wali ALLAH. Berjama'ah dengan Wali ALLAH, bagaikan ibadah 70 tahun, maka carilah para Wali ALLAH.
“Barangsiapa mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, barang siapa berjabat tangan kepada orang alim, ia seperti berjabat tangan denganku, barangsiapa duduk bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku di dunia, dan barang siapa yang duduk bersamaku di dunia maka ALLAH mendudukkanya pada hari kiamat bersamaku.” (Kitab Lubabul Hadits)
Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Hendaklah kalian duduk bersama para Ulama (orang-orang yang berilmu) atau orang yang mengamalkan ilmunya (dan mendengarkan perkataan para *Hukama*) atau para ahli *Hikmah* yang mengetahui Zat ALLAH Ta'ala selalu tepat dalam ucapan perbuatannya, kerana sesungguhnya ALLAH Ta'ala menghidupkan hati yang mati dengan Cahaya Hikmah iaitu Cahaya Ilmu yang bermanfaat sebagaimana ia menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan.”
Dan di dalam riwayat Thabrani dari Abu Hanifah disebutkan.
"Hendaklah kalian duduk bergaul bersahabat dengan para pemimpin dan bergaul dengan Hukama, serta bertanyalah kalian kepada ulama."
Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya "Nashaiul Ibad" yang dimaksud dengan ulama itu terbagi tiga:
Pertama ulama iaitu orang yang ahli (pakar) mengetahui memahami hukum-hukum ALLAH SWT, dan mereka adalah orang-orang yang kompeten dalam membuktikan fatwa.
Kedua, Hukama iaitu orang-orang yang mengetahui Zat ALLAH Ta'ala, bergaul (berkawan) dengan mereka akan membuat akhlak menjadi terdidik, sebab dari hati mereka terpancar Cahaya Makrifat iaini mengenal ALLAH dan di dalam jiwa mereka membias (terpancar) sinar keAgungan ALLAH.
Ketiga, Kubara iaitu orang yang diberi anugerah, keduanya baik sebahagian ulama maupun hukama.
Penjelasan:
Hukama ialah ahli Hikmah atau Makrifah / Makrifat, iaitu orang-orang yang diberi anugrah oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala sehingga mengetahui yang gaib atau menyingkap rahasia-NYA.
Saya sampaikan semua tersebut di atas, dengan maksud supaya semua yang membacanya menjadi tahu dan In Shaa ALLAH faham sehingga mampu mengamalkan / melakukannya dengan niat kerana ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.
Wallahu A'lam Bishawab.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham